Plus Minus Ikut MLM

Kutipan ini saya ambil dari surat kabar Nova, nah....disinilah kita bisa mengambil segi positive dan negatif menjalan Multi Level Marketing (MLM)..... semoga bermanfaat.....

Foto: Dok. NOVA

Mas Aidil yang baik,
Bisakah mengulas soal bisnis multi level marketing (MLM)? Jenis MLM seperti apa yang aman dilakukan dan menguntungkan (kriterianya apa saja)? Apa saja syaratnya untuk bisa ikut bisnis MLM? Tolong beri tips ber-MLM juga ya, Mas. Terima kasih.
Suzi via SMS

Dear Suzi,
Terima kasih untuk pertanyaannya yang singkat dan padat (lewat SMS, sih, ya, jadi harus singkat dan padat). Saya akan coba meluruskan dulu, Multi Level Marketing atau disingkat MLM, seperti namanya adalah skema marketing alias skema pemasaran dari suatu usaha. Jadi MLM bukanlah bisnis, sehingga salah jika lalu banyak orang beranggapan MLM adalah sebuah bisnis.

Meskipun “hanya menjual sistem marketing” bukan berarti MLM tak bisa dijadikan sandaran hidup atau mendapatkan penghasilan. Maka, wajar bila banyak orang menjadikan dan menganggap MLM sebagai sebuah bisnis.

Nah, jika Ibu Suzi dan pembaca melihat MLM sebagai suatu usaha/ bisnis, marilah kita ulas satu persatu bagaimana kita bisa memperlakukan bisnis MLM ini agar tak terjadi kesalahan dan di kemudian hari tak terjadi penyesalan.

Hal pertama yang harus diketahui, setiap ingin berusaha atau memulai bisnis Anda akan memerlukan modal. Modal ini terdiri dari berbagai bentuk yang bisa diberikan sebagai kontribusi kepada perusahaan. Modal pertama yang paling mudah dan sering menjadi tolak ukur dalam memulai suatu bisnis adalah modal uang.

Modal uang dipakai untuk berinvestasi (membeli peralatan, modal kantor/ tempat usaha, dan lainnya). Modal uang juga dibutuhkan untuk menjalankan usaha tadi yang lalu dikenal dengan modal berputar atau working capital. Modal kedua adalah ide, keterampilan, dan skill yang dapat dituangkan ke dalam sistem. Sering terjadi justru ide, keterampilan (skill) inilah yang jadi modal utama dan cikal bakal berdirinya suatu usaha.

Malah, banyak usaha yang amat bergantung kepada keterampilan ini, misalnya restoran yang sangat bergantung kepada juru masak alias kokinya. Berapa banyak restoran yang lalu tutup atau bangkrut gara-gara juru masaknya pindah kerja?

Modal terakhir yang harus dipersiapkan dan seringkali dilupakan adalah waktu. Dalam membangun satu bisnis yang masih sangat baru, Anda harus mengorbankan banyak waktu. Waktu sangat krusial dan kritikal, tergantung dari jenis bisnis yang akan dikerjakan. Semakin detail usaha itu dan semakin diperlukannya proses pembelajaran, akan semakin lama waktu yang harus dipersiapkan dalam membangun bisnis itu.

Nah, di mana letak bisnis MLM ini? Para kampiun MLM akan mencoba membujuk Ibu untuk join dengan sistem MLM mereka, dengan iming-iming modal kecil. Betul sekali, karena untuk join MLM biasanya hanya diminta uang administrasi untuk formulir dan biaya pengganti cetak materi.

Beberapa MLM mengharuskan Anda membeli starter kit yang harganya beragam. Mereka juga akan membujuk Ibu join MLM, karena ide dan sistem yang sudah berjalan dan teruji. Saya setuju pernyataan ini, karena MLM memiliki struktur dan sistem yang sudah di tes bertahun-tahun dan bisa berjalan sesuai bisnis yang ditawarkan.

Terakhir, mereka akan membujuk Ibu join, karena tak perlu meluangkan waktu banyak, bisa di “sambi” alias kerja part-time untuk mengerjakan MLM ini, dan malah di satu titik Ibu di iming-imingi bisa berhenti bekerja dan membiarkan sistem bekerja untuk mendapatkan uang. Nah, di sini saya tidak setuju sama sekali.

MLM seperti halnya bisnis lain, harus dibangun dengan keringat. Artinya, Ibu harus mendedikasikan waktu sangat banyak untuk bisnis ini. Apalagi di awal memulai bisnis, Ibu dituntut untuk memasarkannya. Maka, modal utama dan terbesar dalam bisnis MLM adalah waktu yang harus Ibu curahkan untuk membangun bisnis ini. Adapun sistem penjualan dengan MLM hanyalah permainan angka dan probabilitas.

Artinya, semakin sering Ibu bertemu banyak orang dan mempresentasikan produk yang ditawarkan, akan semakin besar pula probabilitas Ibu mendapatkan pengikut (istilahnya down line), dan diharapkan semakin besar penjualan dari produk yang ditawarkan. Hal ini dikarenakan penghasilan dari MLM didasarkan pada komisi dan over ride dari penjualan, beserta pengikut-pengikut Ibu.

Sering juga diiming-imingi, dengan sistem MLM yang berjalan, bisa dijadikan dana pensiun sehingga Ibu tak harus bekerja lagi. Namun, pada prakteknya jarang sekali saya menemukan kampiun-kampiun yang bisa istirahat atau pensiun secara total.

Hal ini dikarenakan sistem kompensasi dan struktur jenjang karier sudah dibentuk sedemikian rupa, sehingga jika ada salah satu “kaki” (down line) tidak aktif, maka pemimpin atau leader-nya tak bisa mendapatkan status karier, yang menyebabkan akan kehilangan tambahan bonus dan persentase dari penghasilan.

Penyebab lainnya, karena para penjual (sistem pemasaran dan produknya) juga harus selalu disemangati dan dimotivasi untuk selalu bekerja mencari pasar baru. Lalu, apakah MLM menjadi jelek? Saya bisa katakan dengan pasti, TIDAK. Bisnis MLM tetap bagus dan menjanjikan, SELAMA produk yang ditawarkan memang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Maka, jika ditanya jenis MLM seperti apa yang bagus dan boleh diambil, jawaban saya:

Pertama, MLM yang menawarkan/ menjual produk yang memang dipakai untuk memenuhi kebutuhan hari-hari. Maka, tak akan terlalu sulit bagi Ibu untuk menawarkan orang lain untuk mencoba produk itu. Ingat rumus pertama di awal tulisan saya, biar bagaimanapun MLM adalah sistem pemasaran suatu produk, jadi yang ditawarkan harus yang mudah dijual.

Kedua, produk yang ditawarkan juga harus punya harga yang terjangkau. Sudah pasti produk yang ditawarkan sistem MLM akan dijual dengan harga lebih tinggi dari produk serupa di pasar, karena sistem komisi dan kompensasi yang berjenjang tadi, yang diberikan kepada Ibu dan teman-teman lain selaku jejaring MLM-nya.

Jika harga produknya sama atau sedikit lebih mahal dari yang biasa dibeli di pasaran, masyarakat masih berani atau tak ragu mencoba produk itu. Namun, bila harga yang ditawarkan sangat tinggi dan di luar jangkauan, tak akan banyak orang membeli produk yang ditawarkan.

Jika akhirnya membeli karena terpaksa atau merasa tak enak hati, tak terjadi pembelian kedua dan selanjutnya (repeat order). Padahal, senjata yang diinginkan pada sistem MLM adalah pembeli yang berulang.

Ketiga, alat bantu pemasaran yang terjangkau. Tak bisa dipungkiri, salah satu stream of income yang didapat dari bisnis MLM adalah menjual alat bantu pemasaran. Sering kali Ibu akan memerlukan banyak alat bantu pemasaran, sehingga jika harga jual yang diberikan terlalu tinggi akan cukup menguras kantong Ibu sebelum penjualan produk bisa dilakukan.

Selanjutnya, bantuan dan dukungan dari atasan secara terus menerus. Perhatikan apakah up line Ibu memiliki sistem pertemuan yang terstruktur dan rutin.
Datang dan ikuti beberapa pertemuan yang diselenggarakan grup mereka untuk melihat keaktifan dari “bos” Ibu. Bos yang aktif menginginkan Ibu maju dan mendapatkan banyak penjualan, karena mereka juga akan mendapatkan manfaat finansial dari penjualan Ibu.

Tips terakhir, siapkan waktu dan mental baja dalam melakukan bisnis jaringan ini, karena Ibu akan sering mendapat menolakan dari orang lain. Jika poin di atas tak terpenuhi dan Ibu tak tahan penolakan, saran saya, tidak usah menjalankan bisnis ini. Jika Ibu siap, silahkan dicoba, karena hasilnya sangat menggiurkan. Selamat ber-MLM!

Tidak ada komentar: